Senin, 21 Mei 2012

organisasi laba (PT. TELKOM ,Tbk)


PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk.

A.               Sejarah TELKOM

Berawal pada tahun 1856, tepatnya tanggal 23 Oktober 1856, yaitu pada saat pengoprasian telegrap elektromagnetik pertama di Indonesia yang menghubungkan antara Batavia (Jakarta) dengan Buitenzorg (Bogor) oleh Pemerintah Kolonial Belanda.

1882 sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan telegrap dibentuk pada masa pemerintahan kolonial Belanda.

1906 Pemerintah Kolonial Belanda membentuk sebuah jawatan yang mengatur layanan pos dan telekomunikasi yang diberi nama Jawatan Pos, Telegrap dan Telepon (Post, Telegraph en Telephone Dienst/PTT).

1945 Proklamasi kemerdekaan Indonesia sebagai negara merdeka dan berdaulat, lepas dari pemerintahan Jepang.

1961 Status jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel).

1965 PN Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro), dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi).

1974 PN Telekomunikasi disesuaikan menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun internasional.

1980 PT Indonesian Satellite Corporation (Indosat) didirikan untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari Perumtel.

1989 Undang-undang nomor 3/1989 tentang Telekomunikasi, tentang peran serta swasta dalam penyelenggaraan telekomunikasi.

1991 Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan PP no.25 tahun 1991.

1995 Penawaran Umum perdana saham TELKOM (Initial Public Offering/IPO) dilakukan pada tanggal 14 November 1995. sejak itu saham TELKOM tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange (LSE). Saham TELKOM juga diperdagangkan tanpa pencatatan (Public Offering Without Listing/POWL) di Tokyo Stock Exchange.

1996 Kerja sama Operasi (KSO) mulai diimplementasikan pada 1 Januari 1996 di wilayah Divisi Regional I Sumatra – dengan mitra PT Pramindo Ikat Nusantara (Pramindo); Divisi Regional III Jawa Barat dan Banten – dengan mitra PT Aria West International (AriaWest); Divisi Regional IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta – dengan mitra PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia (MGTI); Divisi Regional VI Kalimantan – dengan mitra PT Dayamitra Telekomunikasi (Dayamitra); dan Divisi Regional VII Kawasan Timur Indonesia – dengan mitra PT Bukaka Singtel.

1999 Undang-undang nomor 36/1999, tentang penghapusan monopoli penyelenggaraan telekomunikasi.

2001 TELKOM membeli 35% saham Telkomsel dari PT Indosat sebagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia, yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara TELKOM dengan Indosat. Dengan transaksi ini, TELKOM menguasai 72,72% saham Telkomsel. TELKOM membeli 90,32% saham Dayamitra dan mengkonsolidasikan laporan keuangan Dayamitra ke dalam laporan keuangan TELKOM.

2002 TELKOM membeli seluruh saham Pramindo melalui 3 tahap, yaitu 30% saham pada saat ditandatanganinya perjanjian jual-beli pada tanggal 15 Agustus 2002, 15% pada tanggal 30 September 2003 dan sisa 55% saham pada tanggal 31 Desember 2004. TELKOM menjual 12,72% saham Telkomsel kepada Singapore Telecom, dan dengan demikian TELKOM memiliki 65% saham Telkomsel. Sejak Agustus 2002 terjadi duopoli penyelenggaraan telekomunikasi lokal.

Pada tanggal 7 Juni 2004, TELKOM mulai meluncurkan layanan sambungan langsung international tidak bergerak.

Pada 2005, TELKOM meluncurkan satelit TELKOM-2 untuk menggantikan seluruh layanan transmisi satelitnya yang telah dilayani oleh satelit TELKOM sebelumnya yaitu Palapa B-4. Selain itu, untuk menjadi transmisi backbone TELKOM, satelit TELKOM-2 akan mendukung jaringan telekomunikasi nasional untuk memenuhI kebutuhan telekomunikasi di pedesaan dan multimedia. Oleh karenanya, TELKOM telah meluncurkan delapan satelit.

Untuk memelihara dan mempertahankan pertumbuhan di lingkungan industri yang kompetitif, TELKOM bertransformasi dari perusahaan InfoComm menjadi perusahaan TIME (Telekomunikasi, Informasi, Media, Edutainment) dengaN mempertahankan bisnis legacy dan mengembangkan bisnis new wave. New TELKOM telah diperkenalkan kepada publik pada tanggal 23 Oktober 2009 bertepatan dengan ulang tahun TELKOM ke-153 yang menghadirkan tagline baru ‘the world in your hand’ dan positioning baru ‘Life Confident’. Dengan logo barunya, TELKOM berkomitmen untuk memberikan ke seluruh pelanggan TELKOM kepercayaan diri untuk menjalani kehidupan yang mereka pilih, sesuai dengan cara dan waktu mereka.


B.               Struktur Bisnis dan Organisasi


Dalam pengelolaan organisasinya, PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. memiliki sebuah Dewan Komisaris yang terdiri dari 1 (satu) ketua dan 4 (empat) anggota. Sebagai berikut :

Komisaris Utama :
Jusman Syafii Djamal, Ir.

Komisaris :
Bobby A.A.Nazief

Komisaris :
Mahmuddin Yasin

Komisaris Independen :
Johnny Swandi Sjam

Komisaris Independen :
Rudiantara


Serta memiliki sebuah Dewan Direksi yang beranggotakan 1 (satu) orang Presiden Direktur atau CEO dan 4 (empat) orang anggota Dewan Direksi lainnya yang memiliki fungsi dan tanggung jawab yang berbeda seperti Direktur Sumber Daya dan Bisnis Pendukung/CIO, Direktur Bisnis Jaringan Telekomunikasi, Direktur Bisnis dan Jasa Telekomunikasi, dan Direktur Keuangan/CFO. Sebagai berikut :

Direktur Utama :
Rinaldi Firmansyah

Direktur Keuangan :
Sudiro Asno

Direktur Human Capital & General Affair :
Faisal Syam

Direktur Konsumer :
I Nyoman G Wiryanata

Direktur Network & Solution :
Ermady Dahlan

Direktur Enterprise & Wholesale :
Arief Yahya

Direktur Compliance & Risk Management :
Prasetio

Chief Information Technology :
Indra Utoyo

Untuk mempercepat dan memastikan proses pengambilan keputusan yang efektif, Direksi didukung oleh Komite Eksekutif, yang terdiri dari: Komite Etika, SDM & Organisasi; Komite Costing, Tariff, Pricing & Marketing; Komite Corporate Social Responsibility; Komite Regulasi; Komite Disclosure; Komite Pengelolaan Anak Perusahaan; Komite Produk, Infrastruktur dan Investasi; Komite Treasury, Keuangan dan Akuntansi; dan Komite Risiko.

Sebagai sebuah holding company, PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. memiliki beberapa buah anak perusahaan terafiliasi seperti PT Telekomunikasi Selular Indonesia yang bergerak sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi bergerak selular, PT Indonusa Telemedia yang menangani bisnis multimedia penyiaran dan Internet dengan nama produk TELKOMVision dan PT Infomedia Nusantara yang mengelola bisnis penerbitan Buku Petunjuk Telepon (Yellow Pages) dan Call Center.
           Selain anak perusahaan tadi, dalam menjalankan operasi perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. telah mengelompokan unit-unit yang ada dalam organisasi ke dalam bentuk Divisi, Center dan Yayasan.

          Struktur organisasi dalam divisi pada umumnya terdiri dari Kadiv (Kepala Divisi), GM (General Manager), Manager, Asman (Assistant Manager), dan staff officer.
Unit-unit Bisnis TELKOM terdiri dari Divisi, Centre, Yayasan dan Anak perusahaan, sebagai berikut :
Divisi Long Distance
Sub Divisi Satelit
Carrier & Interconnection Service Center
Divisi Multimedia
Divisi Fixed Wireless
Enterprise Service Center
Customer Service Wilayah Sumatera
Customer Service Wilayah Jakarta (Jadebotabek & Sekapur)
Customer Service Wilayah Jawa Barat
Customer Service Wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta
Customer Service Wilayah Jawa Timur
Customer Service Wilayah Kalimantan
Customer Service Kawasan Timur Indonesia 
Maintenance Service Center
Training Center
Carrier Development Support Center
Management Consulting Center
Construction Center
I/S Center
R&D Center
SME Development Center
Yayasan-Yayasan :
Dana Pensiun (Dapentel)
Yayasan Pendidikan
Yayasan Kesehatan
Anak Perusahaan :
Kepemilikan > 50%
PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) : Telekomunikasi (Selular GSM) (baru)
PT Dayamitra Telekomunikasi (Dayamitra) : Telekomunikasi (KSO-VI Kalimantan)
PT Infomedia Nusantara (Infomedia) : Layanan Informasi (baru)
PT Telekomunikasi Selular Raya (Telesera) : Telekomunikasi (Selular AMPS)
PT Pro Infokom Indonesia (PII) : B2B (e-Government)
PT Indonusa Telemedia (Indonusa) : TV Cable (baru)
PT Graha Sarana Duta (GSD) : Properti, Konstruksi dan Jasa 
Kepemilikan 20% - 50%
PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) : Transponder Satelit dan Komunikasi
PT Multimedia Nusantara (Metra) : Multimedia
PT Citra Sari Makmur (CSM) : VSAT
PT Menara Jakarta : Multimedia
PT Metro Selular Indonesia ( Metrosel) : Telekomunikasi (Selular AMPS)
PT Mobile Selular Indonesia (Mobisel) : Telekomunikasi (Selular NMT-450)
PT Napsindo Primatel Internasional (Napsindo) : Network Access Point
PT Patra Telekomunikasi Indonesia (Patrakom) : Layanan Satelit Komunikasi Industri Perminyakan
PT Pramindo Ikat Nusantara : Telekomunikasi (KSO-1 Sumatera)  
Kepemilikan < 20%
PT Batam Bintan Telekomunikasi (Babintel) : Telekomunikasi (Pulau di Batam & Bintan)
PT Komunikasi Selular Indonesia (Komselindo) : Telekomunikasi (Selular AMPS)
PT Medianusa PTE, Ltd : Agen Penjualan Buku Petunjuk Telepon (BPT)
PT Pembangunan Telekomunikasi Indonesia (Bangtelindo) : Konstruksi & Konsultasi Fas.Tel.

C.               Strategi Pemasaran
Keberhasilan PT Telkom Tbk dalam menjalankan bisnis jasa telekomunikasi salah satunya karena mampu memadukan strategi pemasaran dan komunikasi. Di Telkom, strategi pemasaran dipercayakan kepada bagian marketing communication (marcom). Sementara itu, fungsi kehumasan dipegang oleh public relation. Kedua bidang itu tidak bisa dipisahkan. "Ketika bicara soal PR, maka arahnya adalah reputasi. Namun, ketika bicara soal periklanan, maka arahnya pada frekuensi. Ini yang sering kali diabaikan oleh perusahaan lain," kata Eddy Kurnia selaku HCCA Telkom. Oleh sebab itu, dia menganggap bahwa perusahaan yang tidak sanggup menjalankan fungsi komunikasinya dengan baik sangat mungkin akan terganggu reputasinya.
Saat ini setiap perusahaan maupun instansi Pemerintah harus mengubah pola komunikasi yang lama agar tercipta pola komunikasi bersama yang bisa memuaskan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder). Seorang pejabat public relations diharapkan dapat memenuhi hak tahu masyarakat, mengakomodasi kepentingan para pemangku kepentingan serta melakukan pencitraan yang proporsional. Peran public relations  hendaknya mampu melakukan sejumlah terobosan, seperti melakukan riset, penetapan tujuan dan evaluasi serta memilih dan mengembangkan media public relations yang tepat, tentunya semuanya itu ditujukan agar dapat meningkatkan pelayanan informasi yang komprehensif kepada publik.
Menurut Eddy Kurnia, strategi pemasaran berbasis Manajemen Pendidikan Pelanggan cukup efektif. Konsep ini diyakini tidak hanya mengubah paradigma menjual produk, tetapi memberikan manfaat terhadap akselerasi pendidikan dan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Contohnya pada keberhasilan produk speedy. Produk seperti Speedy dimana sebenarnya memiliki banyak fungsi selain sebagai akses internet,  tidak bisa hanya bermain tarif karena masa perang tarif telah lewat. alam kasus Speedy,  perlu sekali memperhatikan kepentingan pelanggan agar mereka merasa dipintarkan dalam pengertian luas, artinya bukan hanya memberikan pemahaman product knowledge tetapi juga benefitnya dengan adanya internet berkecepatan tinggi itu. Meski pertumbuhan akses broadband  di Indonesia cukup menjanjikan tetapi persoalan di Indonesia adalah terjadinya kesenjangan digital (digital divide). Digital divide adalah  kesenjangan antara komunitas yang efektif mengakses informasi melalui teknologi digital dan yang tidak dapat mengakses informasi secara digital.
Wujud nyata dari program pemasaran Speedy berbasis pendidikan pelanggan adalah dengan  diarahkan untuk mengatasi kesenjangan ini  dengan membentuk komunitas pendidikan melalui berbagai kegiatan kepedulian sosial yang dilakukan oleh perusahaan, antara lain program kesenjangan digital antara guru dan murid melalui pelatihan guru, pelatihan santri dan pelatihan usaha kecil dan menengah.
Kedua, Speedy sebagai broadband access, yaitu layanan internet berkecepatan tinggi yang memberikan manfaat kepada masyarakat untuk mendapatkan kemudahan akses mengikuti perkembangan pendidikan secara dalam menambah pengetahuan maupun mengikuti perkembangan pendidikan, baik formal, nonformal maupun informal.
Ketiga, implementasi pemasaran Speedy dalam rangka menjadi market leader di Indonesia dilaksanakan dengan mempercepat pembangunan infrastruktur, membuat paket pemasaran, melakukan promosi dan edukasi kepada masyarakat melalui kegiatan pendidikan informal, baik melalui media massa, pertujukan seni, kegiatan keagamaan, lembaga-lembaga, dunia kerja dan lingkungan lainnya.
Jika akselerasi pendidikan semakin merata maka masyarakat informasi yang cerdas akan semakin  meluas sehingga pengguna akses broadband  semakin meningkat dan pada gilirannya akan berpengaruh positif terhadap kinerja bisnis perusahaan, karena masyarakat berbasis informasi yang diwujudkan itu tak bisa dilepaskan dari Speedy.
Tantangan dari konsep ini adalah produsen biasanya produsen selalu ingin  mendapatkan hasil yang cepat dan melupakan  pemahaman itu sebuah proses. Bagi pelanggan, pengalaman itu sangat penting karena dalam konteks filosofis, pengalaman adalah pembelajaran dan pembelajaran itulah yang akan menentukan pelanggan menentukan pilihannya.

0 komentar:

Posting Komentar